Sabtu, 17 Maret 2012
Domba
Domba
Pada waktu lampau jauh sebelum Abraham, di suatu daerah berdiri sebuah kerajaan. Raja memerintah dengan sangat baik. Rakyatnya makmur dan bahagia. Setiap hari raja dan rakyat berkumpul dan pesta bersama. Sungguh suatu kerajaan indah tanpa dukacita.
Raja mempunyai putra, pangeran ini penuh dengan rasa ingin tahu. Dia berpikir adakah yg lebih baik dari yang selama ini dia rasakan? Adakah sesuatu yang lebih indah dari kerajaannya? Pangeran ini makin hari rasa ingin tahunya semakin besar, hingga suatu hari dia memutuskan untuk mencari jawaban atas ingin tahunya itu. Dia mengutarakan keinginannya kepada ayahnya, dia tetap tidak percaya ketika ayahnya berkata Kerajaan inilah yang terbaik. Karena sang Raja sangat sayang kepada putranya ini, maka diijinkanlah dia untuk pergi mencari jawaban atas pertanyaannya. Dibekalinya sang anak dengan uang yang berlimpah, dan apapun yang ingin dibawa oleh anaknya. Kepergian sang pangeran ini membuat sedih sang Raja dan seluruh rakyat, tetapi apa boleh buat sang pangeran tetap pada keyakinannya untuk pergi mencari hal yang lebih baik.
Sang Pangeran akhirnya pergi meninggalkan kerajaannya, dia pergi ke kota sebelah. Di sana dia melihat keadaan yang hampir sama dengan kerajaannya. Rakyat di sana juga bahagia dan makmur, tetapi dia merasa ada yang kurang. Rakyat di sana tidak tahu siapa raja mereka, dan bagaimana rupanya. Mereka tidak mengenal raja mereka sendiri. Pangeran merasa kerajaannya masih lebih baik dan diapun kembali meneruskan perjalanannya.
Semakin jauh dia meninggalkan kerajaannya, hal yang dilihat adalah semakin buruk. Orang-orang semakin murung, malas, dan tidak ada gairah hidup. Dalam hatinya dia mulai merasa bahwa perkataan ayahnya adalah benar. Akhirnya sampailah dia di sebuah kota yang sepi. Penduduknya semua bermuka muram dan penuh rasa curiga. Dia mulai merasa putus asa dan ingin segera kembali ke kerajaannya. Dia merasa perjalanannya sebulan ini sia-sia saja. Dalam keletihannya dia menemukan sebuah penginapan dan memutuskan untuk tinggal di sana sehari dan kembali ke kerajaannya esok hari.
Di dalam penginapan itu, dia bertemu dengan seseorang yang terlihat sangat gembira. Sangat mencolok sekali dibandingkan kebanyakan orang yang ada di kota itu. Pangeran merasa keheranan, bagaimana dia terlihat begitu gembira dalam semua kemurungan yang ada di kota ini? Dia mulai mendekati pemuda itu dan berbincang-bincang dengannya. Mereka mulai saling menceritakan diri mereka masing-masing dan mengapa ada di kota ini. Pangeran juga menceritakan tujuan dari perjalanannya selama ini untuk mencari sesuatu yang lebih dari yang ada di kerajaannya, tetapi sampai saat ini belum juga menemukannya dan akan kembali ke kerajaannya esok hari. Pemuda itu ternyata berasal dari arah yang berlawanan dari kerajaan sang Pangeran. Dia menceritakan bahwa di tempatnya semua orang merasa gembira dan tidak ada kesedihan, itulah mengapa dia terlihat selalu tampak gembira. Dan kepergian pemuda itu untuk mencari teman baru dan mengajak orang untuk tinggal di kotanya.
Pangeran tertarik dengan cerita pemuda itu tentang kotanya, dia merasa tempat itulah yang selama ini ia cari. Dia merasa sangat beruntung di saat dia sudah mulai putus asa dan ingin kembali, ada pemuda itu yang memberikan secercah harapan atas pencariannya selama ini. Pangeran itu menyatakan keinginnannya untuk melihat kota pemuda itu. Dan tentu saja pemuda itu menyanggupinya. Keesokan harinya mereka mulai perjalanannya menuju kota pemuda itu.
Perjalanan ke kota pemuda itu tidaklah dekat, dan semakin mereka mendekati kota pemuda itu, keadaan sekitar mereka bukan membaik, tetapi bertambah buruk. Tanah semakin tandus, bahkan rumput dan ilalang pun tidak terlihat. Pangeran semakin heran dengan keadaan sekitarnya, berulangkali dia bertanya kepada pemuda itu apakah mereka tidak salah jalan dan tersesat? Tetapi pemuda itu menyakinkan pangeran bahwa jalan yang mereka tempuh adalah jalan terdekat menuju ke kotanya. Setelah 1 minggu perjalanan sampailah mereka ke kota pemuda itu. Ternyata benar apa yang dikatakan pemuda itu, penduduk di sana semua berwajah riang, semua terlihat gembira dan menikmati hidup mereka, seakan tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Pangeran merasa tempat inilah yang selama ini dicari. Karena sudah lama tidak melihat kerajaannya dan hanya melihat pemandangan yang menyedihkan, pangeran merasa kota ini jauh lebih baik dari yang ada di kerajaannya, semua orang terlihat lebih gembira dari kerajaannya.
Pangeran memutuskan untuk tinggal lebih lama lagi di kota ini, dan meminta pemuda itu untuk membantunya. Pemuda itu dengan senang hati membantu pangeran itu, mencarikan rumah yang terbaik, dan semua barang kebutuhan yang terbaik untuk pangeran itu. Semua orang di kota itu dengan senang hati membantu pangeran itu dari mengenal apa yang ada di kota itu sampai kebutuhan sehari-harinya. Tiap hari di kota itu diadakan pesta dari pesta menyambut pagi, pesta untuk mandi, pesta untuk duduk, bahkan semua kegiatan sekecil apapun diadakan pesta untuk itu. Pangeran merasa tempat ini benar-benar tempat yang paling membahagiakan. Tiap dia merasa kesulitan atau dalam masalah sekecil apapun semua orang di kota ini dengan senang hati membantunya. Segala yang ada di kota itu sangatlah murah, dan penduduk di kota itu sangat murah hati, semua itu membuat pangeran merasa betah di tempat itu dan ingin memutuskan untuk tinggal selamanya di kota itu. Dia mencari pemuda yang membawanya ke kota ini untuk membicarakan cara supaya ia dapat tinggal selamanya di tempat ini.
Saat bertemu, sebelum pangeran menyatakan maksudnya untuk tinggal selamanya, pemuda itu mengatakan bahwa ijin pangeran untuk tinggal di kota ini sudah habis dan harus segera pergi dari kota. Setelah pangeran memberitahu bahwa dia ingin sekali untuk tinggal selamanya di kota, pemuda itu mengatakan bahwa untuk tinggal selamanya di tempat itu sangatlah mudah, yaitu dengan membuat surat bahwa dia tidak mengakui tempat dimana dia dulu tinggal dan seluruh orang yang ditemuinya sebelum sampai di kota ini. Dalam kasus pangeran ini berarti dia harus tidak mengakui kerajaannya, menyangkal ayahnya yang sangat menyayanginya dan melupakan semua rakyat di kerajaannya yang sangat mencintainya. Sebelum pangeran sempat bertanya lagi, pemuda itu mengatakan bahwa dia sudah membantu pangeran untuk masalah ini. Sejak pangeran tiba di kota ini, dia sudah membuat surat kepada ayahnya bahwa pangeran sangat senang tinggal di kota ini dan berencana untuk tinggal selamanya dan supaya Raja melupakan anaknya ini. Pemuda itu juga mengatakan bahwa setelah surat itu dikirim tidak ada sama sekali surat balasan dari Raja yang menyuruh pangeran segera pulang ataupun utusan untuk menjemput sang pangeran.
Perkataan pemuda itu membuat pangeran merasa sedih, dia merasa ayahnya sudah melupakan dia dan merelakan kepergiannya. Dalam hatinya dia merasa rindu untuk kembali ke pelukan ayahnya. Pemuda itu mendesak pangeran untuk segera memberikan jawaban apakah dia benar-benar ingin tinggal di kota ini atau tidak. Dan bila tidak ingin tinggal di kota ini, maka esok hari dia harus segera pergi meninggalkan kota ini. Pemuda itu berharap agar pangeran tetap tinggal di kota ini, karena syarat untuk tinggal di kota ini sangatlah mudah dan dapat dilakukan sekejab saja. Hati pangeran merasa sangat bingung apa yang harus diambil, dia merasa sudah menemukan jawaban atas perjalanannya selama ini, tetapi di pihak lain dia merasa rindu kepada ayahnya. Dia meminta waktu kepada pemuda itu untuk memberikan jawaban keesokan harinya.
Semalaman pangeran memikirkan apa yang harus dia lakukan, di satu sisi dia merasa ingin tinggal selamanya di sini, tetapi dia tidak ingin menyangkal ayahnya. Malam itu dia tidak dapat tidur, terus memikirkan apa yang harus dilakukan esok harinya. Orang�orang di sini begitu baik hati dan sangat mengasihinya, dia merasa tidak enak untuk meninggalkan mereka. Tak terasa pagi hari menjelang, pangeran harus segera memberikan jawaban ke pemuda itu. Sebelum pemuda itu datang, pangeran berjalan � jalan dalam kota untuk melihat terakhir kali sebelum memutuskan apa yang harus diambil. Dalam kota itu dia melihat seorang yang dulu pernah membantunya dalam mencarikan dia tempat tinggal di kota ini. Pangeran menyapa orang itu dengan ramah, tetapi pemuda itu mulai mencaci pangeran itu, �Dasar tidak tahu berterima kasih, cepat kamu keluar dari kota ini!!!� disertai dengan banyak sekali umpatan. Pangeran kaget dengan kejadian yang sangat tiba-tiba itu, dengan segera ditinggalkannya orang itu. Makin lama, jalanan semakin penuh dengan orang�orang dan semua orang mulai mencaci makinya dan mengusirnya dari kota itu. Seluruh kata-kata umpatan ditujukan kepadanya. Orang�orang mulai mendorongnya untuk keluar dari gerbang kota, tidak ada lagi orang yang membantunya.
Pangeran diusir dari kota itu tanpa bekal sama sekali, mereka hanya memberi pangeran sebuah surat untuk ditandatangani supaya dapat kembali ke kota itu. Di luar tembok kota pangeran membuka surat itu dan membacanya. Isinya adalah surat penyangkalan kepada ayahnya dan surat persetujuan tunduk atas semua hukum yang berlaku di kota itu tanpa kecuali, dengan balasan dia mendapat semua kesenangan yang ada di kota itu. Pangeran mulai merasa tidak enak dan merasa ada sesuatu yang tidak betul dalam kota itu, pangeran memutuskan untuk kembali ke kerajaannya, tetapi dia takut Raja tidak mau menerimanya. Bukankah pemuda itu sudah mengirimkan surat kepada ayahnya bahwa dia tidak ingin kembali ke sana, dan ayahnya sama sekali tidak peduli dengannya.
Pangeran mulai berjalan tanpa tujuan, dan akhirnya dia menemukan sebuah kandang yang berisi seekor domba. Pangeran merasa bahwa dirinya lebih berharga dan memalukan jika terlihat tidur bersama domba. Maka dia mengusir domba itu keluar dari kandang yang hangat itu, padahal suhu di luar sangatlah dingin. Rasa ego pangeran ditambah perasaan kecewa karena diusir oleh teman-temannya membuat pangeran tidak mempedulikan sekelilingnya. Domba itu diusir keluar dari kandang itu, biarpun demikian domba itu sama sekali tidak mengembik ataupun melawan.
Suhu di luar mulai semakin dingin, biarpun pangeran membuat api unggun di dalam kandang itu, tetap saja tidak dapat mengusir dingin yang semakin menusuk. Dan akhirnya pangeran itu pingsan kedinginan. Saat itu domba dari luar mengawasi terus sang pangeran, dan saat pangeran pingsan, domba itu masuk dan menggugurkan bulu-bulu yang tebal untuk menyelimuti pangeran; setelah itu duduk di sampingnya. Suhu badan yang mulai menghangat membuat pangeran tersadar, dan melihat domba itu duduk di sampingnya.
Rasa ego masih menyelimuti pangeran, walaupun dia tahu bahwa domba itu telah menolongnya. Tetap saja dia mengusir domba itu keluar kembali, dia merasa domba itu tidak pantas untuk tinggal bersamanya. Dan domba itu kembali menunggu di tengah dinginnya malam.
Pangeran yang sudah mulai hangat dengan selimut dari bulu domba, mulai merasakan lapar. Dia baru menyadari bahwa sudah 1 hari ini dia sama sekali belum makan apapun. Perutnya mulai melilit dan mengeluarkan suara yang nyaring. Pangeran merasa hari ini adalah hari terakhirnya dan menyesal kenapa dulu dia meninggalkan kerajaannya dan tidak mendengarkan perkataan ayahnya. Pangeran mulai berteriak dan mulai menyatakan penyesalannya kepada ayahnya. Tiba-tiba domba yang saat itu berada di luar berlari ke dalam dan segera meloncat ke dalam api unggun. Dalam sekejap domba itupun mati tanpa mengembik sedikitpun, menyediakan makanan bagi sang pangeran.
Pangeran yang melihat hal ini merasa menyesal dan malu atas semua perbuatannya selama ini, terlebih kepada domba itu yang telah dia usir, dia jauhkan, tetapi tetap saja memberikan yang terbaik kepadanya. Dalam penyesalannya dia melihat domba itu yang sudah terbakar, dan pandangannya tertuju pada kalung leher yang ada pada domba itu.
Kalung itu bertuliskan: �Kembalilah anak-Ku, Bapa selalu menantikanmu.�
Akhir cerita pangeran segera kembali secepatnya ke kerajaannya, dan mendapatkan ayahnya sedang menunggunya tepat di pintu gerbang kota menantikan kedatangannya dengan pelukan penuh rasa sayang.
Cerita di atas menggambarkan apa yang terjadi kepada kita, kita dahulu tinggal bersama Bapa di surga dengan penuh keindahan. Tetapi kita menolak semuanya itu dan berusaha mencari yang lain yang menurut kita lebih baik. Dan tanpa sadar kita makin lama makin meninggalkan Bapa kita. Kesenangan di dunia ini membuat kita mabuk. Memang teman�teman kita ada yang mengasihi kita, tetapi kasih dari mereka adalah sementara dan seringkali ada maksud di balik semuanya itu. Dan pada akhirnya banyak yang meninggalkan kita di saat pemikiran dan tujuan kita tidak sesuai dengan mereka.
Tetapi walaupun di tengah kesendirian, tidak ada yang peduli terhadap kita. Bapa selalu melihat kita dan menyertai kita. Tetapi walaupun begitu seringkali kita menolak dan mengusir Dia seperti pangeran berulangkali mengusir domba yang telah membantunya. Dan akhirnya Dia pun mengorbankan diriNya untuk menyelamatkan kita manusia, seperti domba itu mengorbankan nyawanya untuk makanan pangeran. Dan pada akhirnya nanti Bapa akan dengan senang hati menanti kita dalam pintu gerbang kerajaanNya.
Kasih dari Bapa sangatlah besar dan tidak terselami oleh kita manusia. Dia merelakan putraNya yang tunggal Yesus Kristus untuk mati di salib demi menyelamatkan kita manusia. Manusia yang lemah dan selalu penuh dengan dosa ini tetap selalu mendapat perhatian yang utama dariNya.
Semoga kisah pendek ini membuat kita sadar akan kehidupan kita, dan akan bagaimana Yesus sangat menyayangi kita dan merindukan kita untuk dapat berkumpul kembali dalam KerajaanNya.
Amin.
Damai Tuhan beserta kita semua.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar